Berapa Lot Jatah Investor Ritel dalam IPO Chandra Daya (CDIA)? Berikut Simulasinya

PT Chandra Daya Asri Pacific Tbk (CDIA), anak usaha dari PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), secara resmi memulai proses penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) pada Rabu (19/6). Emiten yang masih satu grup dengan kerajaan bisnis milik konglomerat Prajogo Pangestu ini berencana melepas sebanyak-banyaknya 12,48 miliar saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Jumlah saham yang dilepas pada saat IPO setara dengan 10% dari modal disetor setelah IPO. CDIA menawarkan sahamnya kepada publik dengan harga kisaran Rp 170 hingga Rp 190 per saham.

Jika seluruh saham terserap di harga tertinggi, perusahaan berpotensi meraup dana segar hingga Rp 2,37 triliun. Dengan ukuran penawaran jumbo tersebut, IPO CDIA tergolong menarik, terutama bagi investor ritel yang mengincar peluang alokasi lot di pasar perdana.

Meskipun melepas saham dalam jumlah besar, namun peluang mendapatkan saham dalam IPO ini sangat bergantung pada mekanisme penjatahan yang digunakan. Lebih lanjut, IPO CDIA termasuk yang banyak dinanti oleh investor karena dianggap memberikan potensi kenaikan nilai.

  • Pesawat Saudia Arabia Kembali Dapat Ancaman Bom, Jalani Sterilisasi di Kualanamu
  • Prabowo Mengatakan Kolusi Antara Pemodal dan Pengusaha Menjadi Akar Ketimpangan Ekonomi di Indonesia
  • Dukung Program Digitalisasi Pajak, IDstar Luncurkan Tax Automation Solution

Dalam IPO ini, CDIA akan menerapkan sistem kombinasi antara penjatahan pasti (fixed allotment) dan penjatahan terpusat (pooling allotment) sesuai dengan regulasi OJK yang diatur dalam POJK No. 41/2020 dan SEOJK No. 15/2020. Proses penjatahan dijadwalkan berlangsung pada Jumat (4/7).

Skema Penyertaan Terpusat

Penjatahan terpusat merupakan jalur yang umum diakses oleh investor ritel. Dalam skema ini, terdapat dua jenis investor yaitu

  • Investor yang memesan saham senilai maksimal Rp 100 juta dikategorikan sebagai ritel.
  • Investor yang memesan di atas Rp 100 juta termasuk dalam kelompok nonritel.

CDIA akan menerapkan rasio alokasi awal 1:2 antara ritel dan nonritel. Artinya, meskipun investor ritel tetap mendapat prioritas awal, porsi mereka akan lebih kecil dibanding nonritel. Jika terjadi kelebihan permintaan atau oversubscribe, alokasi saham untuk pooling dapat ditambah dengan mengambil sebagian jatah dari penjatahan pasti.

Skema penjatahan terpusat mengutamakan kecepatan pemesanan dan memperhitungkan permintaan total. Setiap investor akan terlebih dahulu mendapatkan alokasi maksimal 10 lot, atau jumlah pesanan jika kurang dari itu.

Jika saham yang tersedia tidak mencukupi untuk menjatah semua investor sebanyak 10 lot, sistem akan mengalokasikan saham berdasarkan waktu pemesanan sesuai prinsip siapa cepat, dia dapat.

Setelah itu, sisa saham akan didistribusikan secara proporsional kepada investor yang pesanannya belum terpenuhi. Jika masih ada pecahan atau pembulatan, alokasi terakhir akan ditentukan berdasarkan waktu pemesanan juga.

Sebagai gambaran, apabila investor memesan saham CDIA senilai Rp 10 juta saat harga IPO ditetapkan Rp 190, jumlah yang dipesan sekitar 52 lot. Namun, jika permintaan sangat tinggi dan terjadi oversubscribe, bukan investor berpotensi hanya mendapatkan 10 lot atau kurang.

Skema Penilaian Pasti

Sementara itu, jalur penjatahan pasti lebih ditujukan bagi investor institusi seperti dana pensiun, asuransi, reksa dana, maupun korporasi dan individu berkualifikasi yang memesan lewat underwriter. Alokasi dalam skema ini ditentukan langsung oleh manajer penjatahan.

Terdapat pula batasan bahwa pihak-pihak tertentu seperti direktur, komisaris, pemegang saham utama emiten dan penjamin emisi, serta afiliasinya tidak diperkenankan menerima jatah kecuali jika bertindak atas nama pihak ketiga.

Perusahaan juga mengalokasikan sebagian saham untuk pegawainya sendiri dalam skema fixed allotment, maksimal 10% dari total saham yang ditawarkan. Penjatahan pasti menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan investor institusi dan pemenuhan permintaan investor ritel dalam pooling.

Penjatahan terpusat dalam IPO CDIA diklasifikasikan ke dalam Golongan IV karena nilai penawaran umumnya melebihi Rp 1 triliun. Berdasarkan ketentuan OJK, alokasi minimum untuk penjatahan terpusat pada golongan ini adalah 2,5% dari total saham. Namun, jika terjadi kelebihan permintaan, alokasinya bisa dinaikkan menjadi 5%, 7,5%, bahkan hingga 12,5% tergantung tingkat oversubscribe.

Rincian penjatahan terpusat IPO saham CDIA

Tabel Kelompok Penawaran Umum dan Batasan Tingkat Pemesanan dan Penyesuaian Alokasi

Golongan Penawaran Umum translates to "Kelompok Penawaran Umum" in Bahasa Indonesia. So, the translated text is:

Nilai Penawaran Umum Perdana (IPO)

Batasan Minimal % Alokasi Efek*

Penyesuaian I (2,5x ≤ X < 10x)

Penyesuaian II (10x ≤ X < 25x)

Penyesuaian III (≥ 25x)

I

≤ Rp250 miliar

Min (15% atau Rp20 miliar)

≥ 17,5%

≥ 20%

≥ 25%

II

> Antara Rp250 miliar hingga Rp500 miliar

Minimal (10% atau Rp37,5 miliar)

≥ 12,5%

≥ 15%

≥ 20%

III

> Rp500 miliar s.d. Rp1 triliun

Min (7,5% atau Rp50 miliar)

≥ 10%

≥ 12,5%

≥ 17,5%

IV

> Rp1 triliun

Min (2,5% atau Rp75 miliar)

≥ 5%

≥ 7,5%

≥ 12,5%

Sumber: Prospektus CDIA

Contoh Simulasi:

Jika CDIA melepas saham di harga tertinggi Rp 190 dan investor memesan Rp 10 juta atau sekitar 52 lot, maka kemungkinan besar akan mendapat minimal 10 lot jika permintaan tinggi. Tapi, bila oversubscribe ekstrem, bisa saja hanya dapat 5 lot atau bahkan nihil tergantung kecepatan pesan dan total peminat.

Penjatahan pooling juga mengenal skema penggabungan pesanan jika satu investor memesan lewat lebih dari satu partisipan. Seluruh pesanan tersebut akan digabung dan dihitung sebagai satu, lalu dialokasikan secara proporsional.

Jika masih ada sisa saham karena pembulatan atau kekurangan, maka sistem akan kembali membagikan berdasarkan urutan waktu pemesanan. Meski mekanismenya kompleks, investor ritel tetap punya peluang sepanjang memahami strategi pemesanan yang tepat.

Jadwal IPO Saham CDIA

  • Penawaran awal perdana saham: 19-24 Juni 2025.
  • Tanggal efektif IPO: 30 Juni 2025.
  • Tanggal penjatahan: 4 Juli 2025
  • Tanggal distribusi saham: 7 Juli 2025
  • Masa penawaran umum perdana: 2-4 juli 2025
  • Pencatatan saham di bursa: 8 Juli 2025

Komentar