Kisah Istri Brigadir Nurhadi Dikunjungi Sejumlah Polisi dan Istri Dua Atasan Korban, Menyangkal Menerima 400 Juta
Elma Agustina, istri Brigadir Nurhadi, mengaku pernah didatangi polisi dan istri dua atasan korban. Menyangkal menerima 400 juta dari salah satu tersangka.
---
Tohir78 hadir di WhatsApp Channel, ikuti dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
tohir78Online.com - Elma Agustina, istri dari Brigadir Nurhadi, akhirnya angkat bicara. Sejak kematian suaminya pada April 2025 lalu, dia mengaku didatangi beberapa polisi, serta istri dua atasan korban yang kini menjadi tersangka.
Elma juga membantah bahwa dia menerima uang Rp400 juta dari salah satu tersangka agar tidak melanjutkan atau mengajukan kasus tersebut.
Seperti dikutip dari Kompas.com, wanita berusia 28 tahun itu masih terpukul atas kepergian suaminya. Rasa duka yang sama juga ditunjukkan oleh anggota keluarga lainnya, bahkan para tetangga.
Hingga saat ini, Polda NTB belum mampu menunjukkan siapa pelaku utama pembunuhan polisi muda itu — semua masih sebatas tersangka. Elma mengonfirmasi bahwa sejumlah polisi datang menemuinya, termasuk dua istri atasan yang menjadi tersangka pembunuh suaminya, yaitu istri Kompol I Made Yogi Purusa Utama dan istri I Gede Haris Chandra.
Pernah ada tuduhan yang menyebutkan bahwa Elma menerima uang dari tersangka Kompol YG sebesar Rp400 juta agar menerima kematian suaminya dan tidak menuntutnya lagi. Dan dia menyatakan bahwa semuanya adalah fitnah.
"Saya tidak akan menukar nyawa suami saya dengan uang, tidak pernah ada uang sebesar Rp400 juta itu demi Allah. Uang Rp400 juta saja tidak pernah saya lihat," kata Elma kepada Kompas.com di rumahnya.
Yang dibutuhkan Elma saat ini hanyalah keadilan bagi suaminya. Dia berharap penyebab kematian suaminya segera terungkap.
Sementara menurut Reni, ipar Brigadir Nurhadi, banyak hal yang seharusnya bisa diketahui melalui ponsel Nurhadi, sayangnya ponsel tersebut telah disita oleh tim penyidik Polda NTB. Namun sebelumnya, Reni sempat membuka WhatsApp di ponsel Nurhadi bersama keluarga, di mana dalam pesan tersebut terdapat pesan dari tersangka HC yang memintanya untuk tidak ikut campur.
Di WhatsApp terlihat percakapan tersangka HC yang memintanya (Nurhadi) untuk diam saja, itu di screenshot oleh almarhum dikirim ke tersangka YG, sayangnya saya tidak mengirim hasil screenshot itu ke ponsel saya," katanya. "Ada banyak hal yang bisa kita lihat di sana, tapi sudah disita.
Reni juga selalu memeriksa apa yang sebenarnya terjadi di Gili Trawangan saat Nurhadi dibawa ke Klinik Warga. Reni mendapatkan informasi yang berbeda antara keterangan polisi dan informasi dari rekan-rekannya di Gili Trawangan.
Reni mengatakan, polisi memberi tahu keluarga bahwa luka Nurhadi disebabkan karena jatuh dari cidomo (alat transportasi tradisional yang ada di Gili Trawangan). "Kemudian kami juga diberitahu bahwa Nurhadi dalam keadaan kritis dibawa ke Klinik Warna oleh YG, tetapi rekan di klinik mengatakan tidak ada YG yang ikut mengantar ke klinik," katanya. "Jadi banyak sekali informasi yang tidak sesuai, sehingga kami keluarga sudah tidak percaya pada siapa pun," tambahnya.
Panggilan video terakhir
Elma pernah menceritakan panggilan video terakhirnya dengan suaminya, tepatnya pada hari Rabu, 16 April 2025, sekitar pukul 16.00 WITA. "Saat dia tiba di Gili Trawangan, di dalam kamar dia melakukan panggilan video. Dia menanyakan anak-anak, tidak ada masalah apa-apa, sama sekali tidak ada," katanya.
Elma menambahkan, saat video call itu, suaminya masih terlihat segar bugar dan sehat walafiat. Tidak lama kemudian, sekitar pukul 17.00 WITA, Nurhadi kembali dihubungi oleh putra keduanya yang berusia 5 tahun.
"Anak saya menelepon sekitar tiga kali, aktif tapi tidak diangkat. Akhirnya datang kabar buruk itu pada Kamis, 17 Mei 2025, pukul 02.00 Wita," tambahnya.
Elma mengakui tidak percaya dengan berita duka tersebut, karena sebelum berangkat, suaminya sempat berpamitan dan bercanda. Sebelum berangkat, Nurhadi berpamitan untuk menjalankan tugas mengantar Kasubid Paminal, Kompol I Made Yogi Purusa Utama, ke Gili Trawangan.
Dan hingga kini Elma masih meragukan penjelasan mengenai kematian Nurhadi. Dia mengatakan bahwa suaminya tidak pernah memiliki masalah di kantor, dan jika ada, bukanlah masalah yang serius. Elma juga mempertanyakan keterangan polisi yang menyebut bahwa suaminya terlibat dalam pesta, menggunakan narkoba ilegal, dan mengonsumsi minuman beralkohol.
"dia bahkan tidak bisa merokok, apalagi menggunakan obat-obatan dan minum minuman keras. Itu sama sekali tidak benar. Saya merasa dia dipaksa," kata Elma dengan suara bergetar sambil menahan air mata. Elma dan Nurhadi memiliki dua orang anak laki-laki, yang pertama berusia lima tahun, yang kedua berusia empat bulan.
Kematian Nurhadi merupakan pukulan berat bagi keluarganya. Mereka mengenang Nurhadi sebagai anak yatim yang berjuang keras hingga menjadi seorang polisi.
Nurhadi dikenal sebagai sosok yang pendiam, baik hati, dan rajin beribadah. Warga di kampungnya mengenalnya sebagai orang yang membantu dan jujur. "Dia adalah adik saya yang sangat baik dan penurut. Dia selalu menuruti semua nasihat saya. Bagaimana saya bisa menerima kematiannya, karena semuanya tidak wajar, itu tidak adil baginya," kata Dewi, kakak kandung Nurhadi.
Bagi Dewi dan Elma, Nurhadi tidak mungkin melakukan perbuatan yang dituduhkan oleh penyidik Polda NTB, seperti menggoda perempuan, mengonsumsi obat terlarang, atau minum minuman keras.
Mereka yakin bahwa jika hal itu terjadi, pasti ada paksaan karena hal itu bukan kebiasaan Nurhadi. Seperti yang telah dilaporkan sebelumnya, pada 16 April 2025, di Villa Tekek Gili Trawangan, Lombok Utara, Brigadir Nurhadi dilaporkan mengalami penganiayaan hingga tewas dengan luka serius di bagian kepala, patah tulang lidah, dan diduga ditenggelamkan dalam kondisi pingsan.
Komentar
Posting Komentar