
Tohir78 - Tak sedikit orang yang merasa terpesona oleh film-film berlatar masa lalu—entah itu era kerajaan, zaman kolonial, tahun 50-an yang glamor, atau bahkan zaman perang dunia.
Mereka menikmati kisah yang terjalin di tengah sejarah, kostum klasik, serta nuansa kehidupan yang berbeda dari masa kini.
Namun ternyata, di balik kesukaan pada film-film bernuansa retro atau historis, psikologi melihat adanya pola kepribadian tertentu yang khas.
Bukan sekadar soal selera hiburan, ternyata orang yang menyukai film berlatar masa lalu biasanya memiliki sifat-sifat unik yang membedakan mereka dari penikmat genre lain.
Dilansir dari Geediting pada Jumat (4/7), terdapat tujuh sifat yang sering dimiliki oleh mereka yang menyukai film berlatar masa lalu, menurut kajian psikologi:
1. Reflektif dan Introspektif
Orang yang suka film masa lalu cenderung lebih sering melakukan refleksi terhadap hidup.
Mereka menyukai narasi yang membawa mereka untuk berpikir, merenung, dan membandingkan antara masa kini dan masa lalu.
Menonton film berlatar sejarah memberikan mereka ruang untuk mengevaluasi nilai-nilai zaman dulu dan mengaitkannya dengan kehidupan pribadi mereka.
Menurut psikolog Dr. Jonathan Haidt, orang yang reflektif cenderung mencari makna lebih dalam dari pengalaman sehari-hari.
Film sejarah yang seringkali sarat akan pesan moral dan dilema sosial memfasilitasi kebutuhan ini.
2. Memiliki Rasa Nostalgia yang Tinggi
Nostalgia bukan sekadar merindukan masa lalu, tetapi juga bisa menjadi mekanisme psikologis untuk menghadirkan kenyamanan, stabilitas, dan identitas diri.
Penelitian dalam jurnal Emotion menyebutkan bahwa orang yang suka mengenang masa lalu cenderung memiliki kecenderungan mencari keterikatan emosional yang dalam terhadap peristiwa, benda, atau cerita yang mengandung unsur historis.
Meskipun mereka tidak hidup di masa itu, film berlatar sejarah membuat mereka merasa “pulang” ke suatu tempat yang seakan-akan mereka kenal.
Ini adalah bentuk kepekaan emosional yang sangat khas.
3. Tertarik pada Kompleksitas Manusia
Film masa lalu biasanya menyuguhkan karakter-karakter dengan dilema moral yang rumit, latar sosial-politik yang penuh tekanan, dan perkembangan psikologis yang mendalam.
Mereka yang menyukai film semacam ini biasanya adalah orang-orang yang menyukai pemahaman kompleks tentang sifat manusia.
Menurut teori need for cognition, orang seperti ini menikmati proses berpikir mendalam, analisis karakter, dan dinamika hubungan antar manusia yang tidak hitam-putih.
4. Berjiwa Romantis dan Imajinatif
Romantisisme tidak selalu berkaitan dengan cinta, tetapi dengan cara memandang dunia secara lebih puitis dan idealis.
Film berlatar masa lalu sering dipenuhi dengan unsur estetika klasik—baik dari segi busana, arsitektur, musik, hingga tata krama yang sopan.
Penikmat film seperti ini seringkali memiliki imajinasi yang tinggi, suka berandai-andai, dan menghidupkan kembali "masa lalu yang indah" dalam pikiran mereka.
Mereka juga cenderung menyukai seni, sastra klasik, dan budaya tradisional.
5. Memiliki Empati yang Dalam
Film berlatar masa lalu sering menampilkan penderitaan manusia akibat perang, penjajahan, diskriminasi, atau kesenjangan sosial.
Penikmat film semacam ini biasanya memiliki empati yang kuat terhadap penderitaan orang lain, meskipun itu hanya ditampilkan lewat layar.
Menurut psikologi sosial, empati kognitif dan emosional mereka cukup tinggi—artinya, mereka bisa memahami perasaan tokoh sekaligus merasakannya seolah-olah itu dialami sendiri.
Ini membuat mereka lebih peka dalam kehidupan sehari-hari.
6. Cinta Pengetahuan dan Sejarah
Salah satu ciri khas lainnya adalah rasa ingin tahu yang besar terhadap sejarah dan budaya.
Banyak dari mereka yang setelah menonton film sejarah langsung mencari tahu tentang latar waktu, tokoh nyata, atau fakta di balik cerita.
Mereka tidak puas hanya menjadi penonton pasif—mereka ingin mengerti dunia secara lebih menyeluruh.
Sifat ini sering diasosiasikan dengan openness to experience, yaitu dimensi kepribadian dalam teori Big Five yang berkaitan dengan rasa ingin tahu, kreativitas, dan penghargaan terhadap nilai-nilai budaya.
7. Menghargai Nilai Tradisional dan Filosofis
Film berlatar masa lalu sering mengangkat tema-tema seperti kehormatan, kesetiaan, tanggung jawab, pengorbanan, dan makna hidup.
Penonton yang menikmati genre ini biasanya juga menghargai nilai-nilai tersebut dalam hidup nyata.
Mereka bukan orang yang hanya hidup untuk "hari ini", tetapi punya pandangan hidup yang filosofis dan penuh makna.
Meski mereka tidak menolak kemajuan, mereka tetap menjaga nilai-nilai moral dan tradisi lama sebagai fondasi karakter mereka.
Penutup: Selera yang Menggambarkan Jiwa
Kesukaan terhadap film berlatar masa lalu ternyata bukan hanya soal estetika atau hiburan, tapi mencerminkan kedalaman jiwa, empati, dan nilai-nilai yang dipegang seseorang.
Jika Anda adalah salah satu dari mereka yang sering merasa terhanyut dalam film bertema klasik atau historis, bisa jadi Anda memiliki perpaduan keunikan yang tidak dimiliki semua orang.
Psikologi menunjukkan bahwa selera seseorang bisa menjadi jendela untuk melihat isi pikirannya.
Maka, jangan heran jika para penikmat film masa lalu ternyata sering kali adalah orang-orang yang sensitif, berpengetahuan luas, dan punya jiwa yang hangat—meski sering kali pendiam dan tampak biasa dari luar.
Jika Anda mengenal seseorang yang gemar menonton film berlatar masa lalu, bisa jadi Anda tengah berhadapan dengan pribadi yang dalam, penuh empati, dan kaya akan refleksi.
Dan jika itu adalah diri Anda sendiri—banggalah, karena Anda menyimpan keunikan yang layak diapresiasi.
Komentar
Posting Komentar