Rekaman CCTV Terbaru di Depan Kamar Diplomat Arya Daru Sebelum Meninggal, Gerakan Penjaga Kos yang Mencurigakan
tohir78 Sebuah rekaman CCTV terbaru di kos Diplomat Arya Daru beredar di media sosial.
Rekaman itu menunjukkan tahanan kos berjalan-jalan di depan kamar Arya Daru nomor 105.
Di CCTV tercatat penjaga kos mondar-mandir pukul 00.27 WIB, 8 Juli 2025.
Penjaga kos terlihat tidak memakai baju dan memakai sarung.
Baju putih diletakkan di bahu kiri.
Sambil berjalan kesana kemari, penjaga kos juga terlihat sedang menelepon seseorang.
Sesekali ia melirik kamar Arya.
Arah kamera CCTV sama seperti saat Arya masih aktif membuang sampah sebelum akhirnya ditemukan tewas dengan kepala penuh lakban kuning.
Berbeda dengan arah kamera CCTV saat penjaga kos dan seseorang membuka paksa jendela kamar Arya.
Pada malam itu, pintu dan jendela tidak terlihat di kamera CCTV. Berbeda ketika pagi harinya, pintu dan jendela terlihat jelas.
Sementara itu, kriminolog menganggap kasus kematian Arya tergolong cukup rapi.
Kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Arya Daru Pangayunan, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025) masih menjadi misteri.
Bahkan muncul dugaan bahwa Arya melakukan bunuh diri.
Ini didasari kondisi TKP saat Arya ditemukan.
Di mana, pintu kamar kosnya terkunci dari dalam hingga tidak ada barang yang hilang.
Belum lagi adanya sidik jari Arya sendiri di lakban kuning yang menutup rapi kepalanya.
Namun, kriminolog justru mengatakan bahwa menyimpulkan demikian terlalu mudah.
Justru kondisi TKP yang terlalu rapi sangat mencurigakan.
Benarkah ada keterlibatan pihak ketiga di balik kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri?
Ahli kriminologi, Haniva Hasna, mengatakan tidak menutup kemungkinan ada pihak ketiga dalam kasus kematian diplomat muda Arya Daru Pangayunan alias ADP (39).
Haniva mengatakan demikian karena melihat temuan-temuan yang ada, seperti pintu kamar korban yang masih terkunci dan tidak ditemukannya tanda-tanda kekerasan.
Menurutnya, hal tersebut justru memungkinkan adanya pihak ketiga dalam kasus ini.
"Jika saya melihat dari temuan bahwa pintu (kos) terkunci dan tidak ada tanda-tanda kekerasan fisik, apakah mungkin ada keterlibatan pihak ketiga? Sebenarnya sangat mungkin," katanya dalam Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Kamis (10/7/2025).
"Karena dalam kriminologi modern, ketiadaan luka fisik dan ruangan yang terkunci dari dalam tidak otomatis menyingkirkan keterlibatan pihak ketiga," katanya.
Alasannya, kata Haniva, karena sekarang ini banyak sekali pelaku kejahatan yang menggunakan metode-metode modern dalam melancarkan aksinya.
Oleh karena itu, katanya, tidak menutup kemungkinan adanya rekayasa dalam kasus kematian diplomat muda tersebut.
"Banyak sekali pelaku kejahatan itu yang sangat canggih menggunakan metode-metode yang tidak meninggalkan kekerasan terbuka, sehingga layaklah kita menganggap bahwa ini mungkin ada rekayasa," katanya.
Karena mereka biasanya menggunakan teknik pengalihan, racun atau obat penenang, atau bahkan pemalsuan, pemalsuan adalah rekayasa ketika terjadi pembunuhan.
"Ini bisa jadi adegan pembunuhan setelah pembunuhan, jadi korban, maaf, sudah mengalami kekerasan hingga kehilangan nyawa, lalu dibuat skenario seolah-olah dia melakukan bunuh diri," jelas Haniva.
Kondisi kamar kos Daru yang terkunci, menurut Haniva, juga merupakan salah satu cara yang digunakan oleh pelaku kejahatan.
Nah, kamar yang terkunci ini juga bisa dibuat dengan trik tertentu, termasuk alat-alat yang menarik kunci dari luar setelah ditutup.
"Artinya, meskipun terlihat seperti bunuh diri atau kematian alami, tidak menutup kemungkinan terhadap kemungkinan rekayasa tadi," katanya.
Oleh karena itu, ketika ada dugaan bunuh diri, kata Haniva, hal itu sangat tidak mungkin karena melihat kondisi Tempat Kejadian Perkara (TKP) di mana pintu kamar terkunci.
Apalagi, korban juga ditemukan dalam kondisi rapi.
"Ketika disampaikan bahwa ini adalah bunuh diri, sepertinya sangat tidak mungkin, karena kita melihat dalam kondisi tertutup seperti itu."
"Masih ditemukan dalam kondisi yang sangat rapi, ini mengindikasikan ada seseorang atau pihak ketiga yang membuat korban ini se-rapi itu," kata Haniva.
Haniva juga menjelaskan, jika korban membalut wajahnya sendiri karena ingin bunuh diri, korban akan mengalami kesulitan bernapas, kemudian ada gerakan-gerakan yang tidak simetris, sehingga ketika ditemukan tidak akan segera terlihat.
Namun, pada kenyataannya, ketika ditemukan, korban dalam kondisi sangat rapi dan terselimuti.
Maka dari itu, Haniva menduga adanya keterlibatan pihak ketiga dalam kasus kematian diplomat muda tersebut.
Ya, kalau dia melakukan pembalutan sendiri (plester di wajah), berarti ada kondisi ketika korban mengalami kesulitan bernapas sehingga ada gerakan-gerakan yang tidak simetris.
"Tapi, ketika ditemukan dalam kondisi yang sangat rapi, terselimuti dengan baik, berarti ada kemungkinan pihak ketiga melakukan kejahatan ini," katanya.
Sebelumnya, Daru ditemukan tewas di kamar kos di kawasan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, pagi hari Selasa.
Saat ditemukan, kepala korban dibungkus lakban, posisi tubuh berada di atas tempat tidur, dan pintu kamar terkunci dari dalam.
Polisi juga mengungkapkan tidak ada tanda-tanda kerusakan atau kehilangan barang di kosan Daru.
Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal (Wakasat Reskrim) Polres Metro Jakarta Pusat, Kompol Sigit Karyono, mengatakan hingga saat ini pihaknya masih menganalisis sejumlah barang pribadi korban, termasuk telepon genggam miliknya.
"Untuk pemeriksaan HP korban masih dalam analisis," kata Kompol Sigit, Kamis.
Menurutnya, ponsel korban pasti bisa menjadi petunjuk penting mengenai aktivitas terakhir Daru sebelum ditemukan meninggal.
Namun, hingga saat ini hasil pemeriksaan forensik digital belum disampaikan.
Selain itu, polisi masih menunggu hasil autopsi dari jenazah korban yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Dua unit CCTV dari area sekitar juga telah disita untuk dianalisis lebih lanjut.
Polisi mengatakan, penyelidikan masih berlangsung secara menyeluruh dengan melibatkan tim Inafis, Puslabfor, serta ahli forensik.
Belum jelas apakah pria berusia 39 tahun itu meninggal akibat faktor medis atau dugaan kriminal.
Sementara itu, jenazah Daru diketahui telah dipulangkan kepada keluarga dan telah dimakamkan di kampung halamannya di Bantul, Yogyakarta.
Rekaman CCTV
Beredar rekaman CCTV yang menunjukkan dua pria berdiri di depan kamar kos Arya beberapa saat sebelum korban ditemukan tewas.
Di tayangan Kompas TV, terlihat dua orang berdiri di depan kamar Daru.
Pria pertama, berpakaian kacamata dan mengenakan kemeja putih dengan jaket berwarna abu-abu gelap atau hijau tentara.
Pria kedua yang juga memakai kacamata, mengenakan kemeja putih dengan motif garis abu-abu muda dan biru tua.
Awalnya, seorang pria berkaos lengan panjang putih dengan garis-garis mengetuk pintu kamar kos Daru, sementara pria berjaket sibuk sedang memperhatikan ponsel yang ia pegang.
Pintu kembali diketuk untuk memastikan Daru menjawab, tapi kedua pria itu tampaknya tidak mendapatkan respons yang diinginkan.
Pria berkaos lengan panjang berwarna putih mencoba menggerakkan gagang pintu.
Sementara itu, pria berjaket terlihat mengarahkan ponselnya kepada rekanannya yang sedang mencoba membuka pintu kamar Daru.
Karena tidak kunjung mendapat jawaban, pria berkaos lengan pendek berwarna putih dengan garis sempat membuka pintu menggunakan kunci cadangan, tetapi gagal.
Ia kemudian membuka jendela kamar Daru menggunakan obeng.
Saat berhasil terbuka, pria itu membuka pintu kamar dari dalam.
Saat pintu terbuka, pria berjaket terus merekam situasi tersebut, sementara pria berkaos lengan panjang masuk ke dalam untuk memeriksa Daru.
Seorang pria berjaket diduga kuat melakukan panggilan video dengan istri Daru yang meminta bantuan untuk mengecek kondisi suaminya.
Mengetahui Daru terbaring di atas tempat tidur dalam keadaan kepala dibalut plester, pria berkaos kaki keluar dari kamar.
Diketahui, Daru ditemukan tewas dalam kondisi kepala terlilit lakban, di kamar kosnya di Menteng, Selasa pukul 8.30 WIB.
Penemuan jenazah Daru bermula dari kekhawatiran sang istri karena korban tidak bisa dihubungi sejak Selasa pukul 05.00 WIB.
Padahal, dia dan Daru pernah berkomunikasi melalui telepon pada Senin (7/7/2025) pukul 21.00 WIB.
Namun, pada pagi Selasa, istri Daru tidak dapat menghubungi suaminya sehingga meminta bantuan kepada penjaga kos.
"Terus pukul 05.00 pagi mungkin istrinya mengingatkan salat atau apa saja, tapi tidak bisa (dihubungi) sampai pukul 07.00 atau pukul 08.00," jelas Kapolsek Menteng, Kompol Rezha Rahandhi, Selasa, dikutip dari Kompas.com.
Petugas kos langsung melaporkan ke RW ketika menemukan Daru sudah tidak bernyawa.
Laporan itu kemudian diserahkan kepada Bhabinkamtibmas.
"Petugas kos RW, RW ke Bhabinkamtibmas, baru kita datang ke TKP," kata Rezha.
Diserahkan ke Polda Metro Jaya
Kasus kematian Arya Daru Pangayunan kini telah diserahkan ke Polda Metro Jaya, setelah sebelumnya ditangani oleh Polsek Menteng.
Hal ini disampaikan Kompol Rezha Rahandhi.
"Untuk saat ini, perkara penemuan jenazah di kosan Gondangdia ditangani oleh Ditreskrimum Polda Metro Jaya," kata Rezha, Kamis (10/7/2025), dilansir Wartakotalive.com.
Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, AKBP Putu Kholis Aryana, mengonfirmasi hal tersebut.
Kholis mengungkapkan bahwa kasus kematian Daru saat ini masih dalam penyelidikan.
"Benar (Ditreskrimum Polda Metro Jaya sedang menangani kasus kematian diplomat inisial ADP)," katanya, saat dikonfirmasi, Kamis.
"Dalam penyelidikan," tambahnya.
Sampai saat ini, pihak kepolisian telah mengamankan tujuh barang bukti terkait kematian Daru.
Barang-barang bukti itu disita polisi dari kos Daru di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Tujuh barang bukti tersebut adalah pita lakban yang melilit kepala Daru, kantong plastik, pakaian, dompet beserta identitas, bantal, sarung yang dikenakan korban, serta obat-obatan.
(*/tohir78)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Berita Google
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook , Instagram dan Twitter dan Saluran WA
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Komentar
Posting Komentar